Penulis: A H M
Editor:
I R
PERJUANGAN SANG MENTARI
Malam ini, usia kalenderku yang
ke-28 di memburamnya bulan Januari 2020. Aku bercerita bagaimana bayangan lain
dari kehidupan yang sebenarnya, jika dilihat begitu teduh di balik badan ini,
yang susah letih bergerilya di bawah matahari tadi siang. Semakin teriknya
sinar yang memburai itu, aku justru susah payah mengurusi air keringat
berguguran memerihkan mata dan membasahi ruang-ruang di rongga pakaianku.
Begitulah awalan yang singkat menggambarkan alur dan latar suasana cerita hari
ini.
“Sambil berhadapan dengan langit-langit plafon
rumah, aku bergumam KALAU BOLEH JUJUR AKU SAAT INI INGIN MENYERAH SAJA, NAMUN
DIPIKIR-PIKIR LAGI, MASA SIH SEGITU AJA UDAH NGELUH APALAGI NYERAH?”
Alasanku
bergumam seperti itu karena pada suatu ketika, mungkin beberapa hari lalu, aku
hanya bersarapan motivasi agar tidak goyah saat melangkah. Langkah tersebut,
tertuju pada salah satu lamaran kerja yang pernah aku kirim melalui surat
elektronik penyedia jasa lowongan kerja. Karena lamaran tersebut mendapatkan
balasan dari pihak perusahaan sekaligu mengundangku untuk mengikuti beberapa
ujian.
Aku
penuhi tanggal undangan tersebut, mengikuti tahap awal lamaran kerja, tidak
lupa juga aku ucap syukur, karena ujian tahap awal aku dinyatakan lulus ke
tahap selanjutnya. Pihak perusahaan, saat itu memintaku datang di selingan 2
hari berikutnya untuk diuji tahap lanjutan.
Di
tahap tersebutpun aku dinyatakan lulus, Tuhan memang Maha Pengasih dan
Penyayang. Aku kira itu ujian akhir. Ehhhh, nyatanya ada himbauan, bahwa ada
ujian tahap 3. Ketika itu pula, aku masih berharap Tuhan masih Pengasih dan
Penyayang.
Persis
sebelum pagi menjelang, tepatnya sebelum hari ujian tahap 3 menibakan diri
bersama matahari. Aku justru diuji terlebih dahulu oleh Tuhan. Kesehatan dan
Kesabaranku diuji dengan sakit meriang disertai ikut sertanya campur tangan
pusing kepala. Hingga pagi menjelangpun, perihal itu enggan berselingkuh
denganku.
Namun,
dengan yakin dan agak memasabodohkan hal itu. Aku paksakan untuk beranjak
ditemani niat. Tuhan yang sebelumnya aku ucapkan sang pengasih dan penyayang,
semoga mengetahui dan mengerti keadaanku saat itu.
Laluuuuuu,
aku sambil di lokasi di tempat ujian ke 3. Mungkin di sekitar jam 08:10 pagi.
Sebelum menginjak kaki ke gedung tersebut, aku memilih masuk minimarket yang
letaknya di sebrang gedung. Aku beli sebuah minuman dan roti, yang berperan
sebagai pengganjal perut.
Keluar
dari minimarket, aku duduk dikursi yang telah disediakan oleh empunya
minimarket. Di sela-sela ritual minum dan roti, aku chat narahubung pihak
perusahaan untuk memberi tahu bahwa aku sudah sampai di lokasi. Berkali-kali
aku lihat jajaran daftar chat, karena bisa saja sudah di balas. Namun, sampai
jarum jam mengisyaratkan pukul 09:00,
chat tersebut tidak kunjung di berbalasan.
Gelisahku
mulai hadir, sudah sekitar sepuluh menit, tak kunjung ada balasan. Rasa pusing
dan panas dinginpun tak mau ketinggalan. Namun, ada tapi, mau gak mau aku harus
berpikir positif karena aku cukup percaya “Hasil Tidak Menghianati Proses”
.
Hinggapun
akhirnya, pada jam 10:15 chat ku dibalas dan dipersilahkan untuk masuk ruangan
tunggu dilantai 3. Sambil melangkahkan kaki ke gedung tersebut rasa bagahiapun
seperti berdampingan. Aku bergegas diri masuk lalu ke lantai 3.
Sambil
menunggu panggilan, tiba-tiba aku memisteriuskan seseorang. Dia mulai
berbincang kepada pihak yang berkaitan, yaitu penyelanggara ujian tersebut. Aku
pun mendengarkanya, namun beberapa saat kemudian.perihal pembicaraan mereka
membuat aku sakit hati.
Ternyata
ada pihak ujian yang memakai pihak dalam bincangan tersebut. Si misterius tersebut
berkata dengan percaya diri “BIAR AKU JAMINANYA”.
Mendengar
perkataanya tadi membuatku tidak paham lagi dengan alur cerita ini. Tapi aku
sudah diberi tahu oleh pihak ujian tahap 2 kemarin. Yang katanya aku bakal
lolos. Hal tersebut jadi kata sederhana yang hingga saat ini jadi motivasiku.
Akhirnya,
saatnya aku yang masuk ruangan ujian. Semua pertanyaan aku jawab dengan
sungguh-sungguh dan berkeyakinan. Di akhir ujian si penguji mengharapkanku
untuk menunggu kabar yang akan dikabarkan sesegera mungkin melalui kontak yang
aku punya. Dengan rasa bangga dan lega, aku keluar dari ruangan ujian.
Senyumpun
tidak mau ketinggalan untuk merayakannya. Tidak lama kemudian, datanglah
seseorang dan berkata dengan nada penasaran “gimana ujianya lancar?, pertanyaan
apa aja tadi?
Agar
penasaran dia tidak menghantuinya, aku pun menjawab pertanyaan sesuai dengan
apa yang tadi aku ketahui. Oleh-olehku dari gedung tersebut hanya rasa percaya
diri dan bahagia akan lolos dalam ujian tahap 3.
Ini
kata tapi untuk yang sekian kali. Tapi, setiap hari aku cek email, sms dan room
chat ternyata belum ada kabar juga lolos apa tidaknya. Sudah tiga hari, ini
buka sesegera yang aku harapkan. Hal inilah yang terus-terusan bikin aku
penasaran dan akhirnya aku cari tahu hingga ku mendapatkan informasi bahwa
sudah ada yang lolos.
Salah
seseorang yang dinyatakan lulus tersebut persis sekali dengan nama yang aku
dengar, saat perbincangan orang misterius dengan pihak ujian ke 3.
No comments:
Post a Comment