Monday, February 3, 2020







Penulis: A H M
Editor: I R

PERJUANGAN SANG MENTARI
Malam ini, usia kalenderku yang ke-28 di memburamnya bulan Januari 2020. Aku bercerita bagaimana bayangan lain dari kehidupan yang sebenarnya, jika dilihat begitu teduh di balik badan ini, yang susah letih bergerilya di bawah matahari tadi siang. Semakin teriknya sinar yang memburai itu, aku justru susah payah mengurusi air keringat berguguran memerihkan mata dan membasahi ruang-ruang di rongga pakaianku. Begitulah awalan yang singkat menggambarkan alur dan latar suasana cerita hari ini.
“Sambil berhadapan dengan langit-langit plafon rumah, aku bergumam KALAU BOLEH JUJUR AKU SAAT INI INGIN MENYERAH SAJA, NAMUN DIPIKIR-PIKIR LAGI, MASA SIH SEGITU AJA UDAH NGELUH APALAGI NYERAH?”
Alasanku bergumam seperti itu karena pada suatu ketika, mungkin beberapa hari lalu, aku hanya bersarapan motivasi agar tidak goyah saat melangkah. Langkah tersebut, tertuju pada salah satu lamaran kerja yang pernah aku kirim melalui surat elektronik penyedia jasa lowongan kerja. Karena lamaran tersebut mendapatkan balasan dari pihak perusahaan sekaligu mengundangku untuk mengikuti beberapa ujian.
Aku penuhi tanggal undangan tersebut, mengikuti tahap awal lamaran kerja, tidak lupa juga aku ucap syukur, karena ujian tahap awal aku dinyatakan lulus ke tahap selanjutnya. Pihak perusahaan, saat itu memintaku datang di selingan 2 hari berikutnya untuk diuji tahap lanjutan.
Di tahap tersebutpun aku dinyatakan lulus, Tuhan memang Maha Pengasih dan Penyayang. Aku kira itu ujian akhir. Ehhhh, nyatanya ada himbauan, bahwa ada ujian tahap 3. Ketika itu pula, aku masih berharap Tuhan masih Pengasih dan Penyayang.
Persis sebelum pagi menjelang, tepatnya sebelum hari ujian tahap 3 menibakan diri bersama matahari. Aku justru diuji terlebih dahulu oleh Tuhan. Kesehatan dan Kesabaranku diuji dengan sakit meriang disertai ikut sertanya campur tangan pusing kepala. Hingga pagi menjelangpun, perihal itu enggan berselingkuh denganku.
Namun, dengan yakin dan agak memasabodohkan hal itu. Aku paksakan untuk beranjak ditemani niat. Tuhan yang sebelumnya aku ucapkan sang pengasih dan penyayang, semoga mengetahui dan mengerti keadaanku saat itu.
Laluuuuuu, aku sambil di lokasi di tempat ujian ke 3. Mungkin di sekitar jam 08:10 pagi. Sebelum menginjak kaki ke gedung tersebut, aku memilih masuk minimarket yang letaknya di sebrang gedung. Aku beli sebuah minuman dan roti, yang berperan sebagai pengganjal perut.
Keluar dari minimarket, aku duduk dikursi yang telah disediakan oleh empunya minimarket. Di sela-sela ritual minum dan roti, aku chat narahubung pihak perusahaan untuk memberi tahu bahwa aku sudah sampai di lokasi. Berkali-kali aku lihat jajaran daftar chat, karena bisa saja sudah di balas. Namun, sampai jarum jam  mengisyaratkan pukul 09:00, chat tersebut tidak kunjung di berbalasan.
Gelisahku mulai hadir, sudah sekitar sepuluh menit, tak kunjung ada balasan. Rasa pusing dan panas dinginpun tak mau ketinggalan. Namun, ada tapi, mau gak mau aku harus berpikir positif karena aku cukup percaya “Hasil Tidak Menghianati Proses” .
Hinggapun akhirnya, pada jam 10:15 chat ku dibalas dan dipersilahkan untuk masuk ruangan tunggu dilantai 3. Sambil melangkahkan kaki ke gedung tersebut rasa bagahiapun seperti berdampingan. Aku bergegas diri masuk lalu ke lantai 3.
Sambil menunggu panggilan, tiba-tiba aku memisteriuskan seseorang. Dia mulai berbincang kepada pihak yang berkaitan, yaitu penyelanggara ujian tersebut. Aku pun mendengarkanya, namun beberapa saat kemudian.perihal pembicaraan mereka membuat aku sakit hati.
Ternyata ada pihak ujian yang memakai pihak dalam bincangan tersebut. Si misterius tersebut berkata dengan percaya diri “BIAR AKU JAMINANYA”.
Mendengar perkataanya tadi membuatku tidak paham lagi dengan alur cerita ini. Tapi aku sudah diberi tahu oleh pihak ujian tahap 2 kemarin. Yang katanya aku bakal lolos. Hal tersebut jadi kata sederhana yang hingga saat ini jadi motivasiku.
Akhirnya, saatnya aku yang masuk ruangan ujian. Semua pertanyaan aku jawab dengan sungguh-sungguh dan berkeyakinan. Di akhir ujian si penguji mengharapkanku untuk menunggu kabar yang akan dikabarkan sesegera mungkin melalui kontak yang aku punya. Dengan rasa bangga dan lega, aku keluar dari ruangan ujian.
Senyumpun tidak mau ketinggalan untuk merayakannya. Tidak lama kemudian, datanglah seseorang dan berkata dengan nada penasaran “gimana ujianya lancar?, pertanyaan apa aja tadi?
Agar penasaran dia tidak menghantuinya, aku pun menjawab pertanyaan sesuai dengan apa yang tadi aku ketahui. Oleh-olehku dari gedung tersebut hanya rasa percaya diri dan bahagia akan lolos dalam ujian tahap 3.
Ini kata tapi untuk yang sekian kali. Tapi, setiap hari aku cek email, sms dan room chat ternyata belum ada kabar juga lolos apa tidaknya. Sudah tiga hari, ini buka sesegera yang aku harapkan. Hal inilah yang terus-terusan bikin aku penasaran dan akhirnya aku cari tahu hingga ku mendapatkan informasi bahwa sudah ada yang lolos.
Salah seseorang yang dinyatakan lulus tersebut persis sekali dengan nama yang aku dengar, saat perbincangan orang misterius dengan pihak ujian ke 3.

Sang Pawang Hujan Di Podcast Deddy Corbuzier. Sang Pawang Berkata Itu Adalah Sebuah Tradisi

  Penulis: A H M BisikRiuh,’- Datang di Podcast Deddy Corbuzier , Sang Pawang hujan MotoGP Mandalika 2022 dipertanyakan bagaimana cara men...